TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI
PENGANTAR EPIDEMIOLOGI ANALITIK
Disusun oleh :
Kelompok :12
Kelas : A
Diana Setianing Asih G1B014055
Hana Nabilah G1B014099
Ira Phoibe
Nababan I1A015012
Zahrotun Nisa
Andriani I1A015031
Gammalia
Gracia Ardani I1A015079
Mairina
Yulistiani I1A015097
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Epidemiologi sebagai salah satu disiplin ilmu kesehatan yang relatif masih
baru bila dibandingkan dengan beberapa disiplin ilmu lain, pada saat ini telah
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Epidemiologi terbagi atas dua kelompok
yaitu, kelompok epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik, dalam
makalah ini akan dibahas tentang epidemiologi analitik. Epidemiologi analitik
adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan (Lapau, 2009). Epidemiologi analitik merupakan fase kedua dari fase
pendekatan epidemiologi karena pada fase ini dicoba untuk menganalisis penyebab
penyakit dengan cara menguji hipotesis untuk menjawab pertanyaan seperti bagaimana
timbulnya dan berlanjutnya penyakit.
Unit analisis dari studi epidemiologi adalah sekelompok masyarakat yang
bertempat tinggal sama di suatu daerah batas negara, propinsi, kabupaten,
kotamadya, kecamatan, desa, serta tempat lainnya dan merupakan ilmu yang mempelajari
h-ubungan antara
masalah-masalah kesehatan dengan distribusi dan frekuensi penyakit yang menimpa
masyarakat yang disebut sebagai epidemiologi analitik.Epidemiologi analitik
sering digunakan atau dipakai pada penelitian kesehatan untuk mengetahui dan
mempelajari hubungan antara faktor risiko dan masalah-masalah kesehatan yang
terjadi di dalam masyarakat(Chandra, 2009).
B.
Tujuan
1.
Menjelaskan definisi epidemiologi analitik.
2.
Menjelaskan jenis disain
epidemiologi analitik.
3.
Menjelaskan kualitas data dan hubungan sebab akibat dalam epidemiologi
analitik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Epidemiologi Analitik
Epidemiologi analitik adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit atau
masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Lapau, 2009). Epidemiologi analitik di
samping meliputi pemahaman terhadap dasar-dasar epidemiologi deskriptif juga
mempunyai pembidangan yang lebih khusus. Kekhususannya tersebut menekankan pada
aspek analisis yaitu mengkhususkan diri pada analisis hubungan antara fenomena
kesehatan dengan berbagai variabel lain (Riyadi dan Wijayanti, 2011).
Epidemiologi analitik dilakukan untuk mengidentifikasi dan menguji hipotesa
tentang hubungan antara faktor penyebab yang diduga dan hasil (penyakit)
tertentu yang muncul. Dalam pembuatan hipotesa umumnya diarahkan pada apakah
suatu faktor pemaparan tertentu dapat menyebabkan suatu keadaan (penyakit)
tententu. Yang termasuk dalam faktor pemaparan seperti sifat, perilaku, faktor
lingkungan atau karakteristik lain yang mungkin menjadi penyebab penyakit.
Epidemiologi analitik ini ditujukan untuk menentukan kekuatan, kepentingan dan
makna statistik dari hubungan epidemiologi antara pemapar dan akibat yang
ditimbulkan (Ferasyi, 2008). Jadi, secara umum epidemiologi analitik adalah
penelitian epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang
faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit serta membandingkan risiko terkena
penyakit antara kelompok terpapar dan tak terpapar.
B.
Jenis Disain Epidemiologi Analitik
Epidemiologi
analitik terdiri dari: (1) Studi observasi (case
control, cohort, cross sectional),
(2) Eksperimen/intervensi (eksperimen kuasi, eksperimen murni) (Rajab, 2009).
Sedangkan
menurut Lapau (2009) dan Bustan (2006), kelompok jenis
disain epidemiologi analitik dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yaitu:
1.
Studi
Observasional, yang terbagi atas:
a.
Studi Potong
Lintang (cross sectional)
b.
Studi Kasus Kontrol
(Case-control)
c.
Studi Kohort (Follow-up)
2.
Studi Eksperimental,
yang terbagi atas:
a.
Studi sebelum dan
sesudah eksperimen dengan kontrol
b.
Trial klinik yang dirandomisasi
c.
Trial komunitas
yang dirandomisasi
Menurut
Sugiyono (2011) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitupre-experimental design, true experimental
design, dan quasy experimental design.
1.
Studi Observasional
a.
Studi Potong
Lintang (cross sectional)
Menurut Nugrahaeni (2011), Studi potong lintang (cross sectional) untuk penelitian
analitik adalah studi yang mempelajari hubungan faktor risiko (paparan) dan
efek (penyakit/masalah kesehatan) dengan cara mengamati faktor risiko dan efek
secara serentak pada banyak individu dari suatu populasi pada satu saat.
Misalnya, penelitian mengenai perbedaan pemberian ASI Eksklusif pada berbagai
tingkat pendidikan ibu, penelitian mengenai beda proporsi hiperlipidemia pada
pria dan wanita, dan penelitian mengenai hubungan berbagai faktor risiko dalam
menyebabkan terjadinya penyakit tertentu. Adapun skema studi potong lintang
adalah sebagai berikut.
Populasi
|
Faktor Risiko + =
|
Efek +
|
Efek -
|
Sampel
|
Efek +
|
Faktor Risiko -
|
Efek -
|
Penelitian cross
sectional ini sering disebut juga penelitian tranversal, dan sering
digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Dibandingkan dengan
penelitian-penelitian yang lain, metode penelitian ini merupakan yang paling
lemah karena penelitian ini paling mudah dilakukan dan sangat sederhana
(Notoadmodjo, 2005). Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dapat dilakukan di rumah sakit atau dilapangan.
Penelitian klinis yang dilakukan di rumah sakit banyak menggunakan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk
mencari adanya hubungan antara pajanan terhadap faktor risiko dan timbulnya
penyakit sebagai akibat pajanan tersebut. Hal ini dilakukan karena penelitian
dengan pendekatan cross sectional
untuk tujuan analitis akan lebih cepat, lebih praktis dan efesien serta data
yang telah ada dapat dimanfaatkan walaupun terdapat beberapa kelemahan karena
pengamatan sebab dan akibat dilakukan pada saat yang bersamaan, tanpa urutan
waktu yang lazim, yaitu sebab mendahului akibat, yang merupakan salah satu
syarat penting dalam menentukan hubungan sebab akibat (Hasmi, 2012).
Menurut Budiarto dan Anggraeni (2002), penelitiancross sectional memiliki ciri-ciri dan
langkah-langkah dalam melakukan penelitiannya. Ciri-ciri dari penelitian cross sectional tersebut sebagai berikut:
1)
Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu.
2)
Pada penelitian ini
tidak terdapat kelompok pembanding.
3)
Hubungan
sebab-akibat hanya merupakan perkiraan saja.
4)
Penelitian ini
dapat menghasilkan hipotesis.
5)
Merupakan
penelitian pendahuluan dari penelitian analitis.
Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk melakukan
penelitian cross sectional sebagai
berikut :
1)
Identifikasi dan
perumusan masalah.
2)
Menentukan tujuan
penelitian.
3)
Menentukan lokasi
dan populasi studi.
4)
Menentukan cara dan
besar sampel.
5)
Memberikan definisi
operasional.
6)
Menentukan variabel
yang akan diukur.
7)
Menyusun instrumen
pengumpulan data.
8)
Rencana analisis.
Bustan (2006) menjelaskan
kelebihan dan kekurangan pada studi potong lintang (cross sectional), yaitu:
1)
Kelebihan studi potong
lintang:
a)
Cepat, dapat
dilakukan dengan hanya sekali pengamatan atau interview.
b)
Murah, bahkan dapat
termurah dibandingkan dengan penelitian lainnya.
c)
Berguna untuk
informasi bagi perencanaan misalnya untuk menentukan lokasi rumah sakit,
penganggaran obat, dan peralatan medis, dan jenis jenis pelayanan yang
diperlukan.
d)
Untuk mengamati
kemungkinan hubungan berbagai variabel yang ada.
2)
Kelemahan studi
potong lintang :
a)
Umumnya hanya
menemukan kasus yang selamat. Tidak dapat menemukan mereka yang mati karna
penyakit yang diteliti.
b)
Sulit dilakukan
terhadap penyakit atau masalah yang jarang dalam masyarakat.
c)
Sulit dipakai untuk
penyakit yang akut, pendek masa inkubasi dan masa akhirnya.
b.
Studi Kasus Kontrol
(Case- control)
1)
Pengertian Kasus
Kontrol
Studi kasus kontrol merupakan studi penelitian yang
dimana peneliti akan melakukan observasi atau pengukuran terhadap variabel
bebas dan tergantung tidak dalam satu waktu. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional karena peneliti tidak memberi perlakuan kepada subjek
penelitian (Ningtyas,2015).
Kasus kontrol dapat digunakan untuk mempelajari penyakit
yang jarang karena kasus-kasus dikumpulkan secara retrospektif dari data suatu
kelompok pada rumah sakit yang besar dan dibandingkan dengan kontrol yang bebas
penyakit (Richard, dkk, 2008). Tujuan studi kasus kontrol yaitu untuk
mengembangkan hipotesis atau membuktikan hipotesis secara terbatas tentang
hubungan variabel dependen dan variabel independen serta menyelidiki
faktor-faktor yang mungkin menghasilkan informasi dalam rangka mencegah atau
mengobati penyakit atau masalah tertentu. Dalam studi kasus kontrol, kelompok
yang dipilih adalah Kelompok Kasus dan Kelompok Kontrol (Lapau, 2009). Yang
dimaksud dengan kelompok kasus adalah subjek yang didiagnosis menderita
penyakit. Kelompok kontrol adalah subjek yang tidak menderita suatu penyakit
yang diambil secara acak dari populasi yang sama dengan populasi asal kasus
(Tamza, 2013).
Sedangkan menurut Budiarto dan Anggraeni (2002), kelompok kasus atau
kelompok penderita ialah kelompok individu yang menderita penyakit yang akan
diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subjek studi. Hal ini penting
dijelaskan karena tidak semua orang yang memenuhi kriteria penyakit yang akan
diteliti bersedia mengikuti penelitian dan tidak semua penderita memenuhi
kriteria yang telah ditentukan. Kelompok kontrol ialah kelompok individu yang
sehat atau tidak menderita penyakit yang akan diteliti, tetapi mempunyai
peluang yang sama dengan kelompok kasus untuk terpajan oleh faktor risiko yang
diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit dan bersedia menjadi subjek studi.
Penjelasan untuk gambar
tersebut adalah pada keadaaan awal, peneliti mengkategorikan kelompok penderita sebagai kasus dan
kelompok bukan penderita sebagai kontrol kemudian kedua kelompok ditelusuri
pengalaman terpajan oleh faktor resiko pada masa lalu. Pada sebagian kelompok
kasus akan terpajan oleh faktor resiko dan sebagian lagi tidak terpajan,
demikian pula halnya dengan kelompok kontrol. Perbedaan pengalaman terpajan
oleh faktor risiko pada kedua kelompok dibandingkan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan antara penyakit yang diteliti dengan faktor risiko yang
diduga sebagai penyebab (Budiarto, 2004).
2)
Ciri-ciri Kasus Kontrol
Ciri- ciri case
control adalah bersifat observasional, diawali dengan kelompok penderita
dan bukan penderita, terdapat kelompok kontrol, kelompok kontrol harus memiliki
risiko terpajan oleh faktor risiko yang sama dengan kelompok kasus,
membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh faktor antara kelompok kasus
dan kelompok kontrol, tidak mengukur insidensi (Budiarto dan Anggraeni, 2002).
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian dengan
menggunakan case control adalah:
1) Identifikasi
variabel-variabel penelitian (faktor risiko atau efek).
2) Menetapkan
objek penelitian (populasi dan sampel).
3) Identifikasi
kasus.
4) Pemilihan
subjek sebagai kontrol.
5) Melakukan
pengukuran “retrospektif” (melihat ke belakang) untuk melihat faktor risiko.
6) Melakukan
analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabel objek
penelitian dengan variabel-variabel objek control(Abidin, 2012).
Contoh kasus yaitu pada penelitian kasus
kontrol Avian Influenza pada unggas di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta, kajian kasus-kontrol dilakukan pada dusun sebagai unit
kajian.Sebagai kasus adalah dusun yang pernah dilaporkan atau sedang mengalami
kasus AI, dan kontrol merupakan dusun yang dilaporkan belum pernah mengalami,
tetapi dekat dengan dusun kasus.Besarnya sampel kajian kasus kontrol dihitung
menggunakan rumus menyidik penyebab penyakit maka didapat masing-masing 109
dusun kasus dan 109 dusun kontrol. Untuk komparabilitas kedua kelompok
dilakukan berdasarkan faktor resiko penyebab AI yang diteliti meliputi tanggal
pengambilan sampel, kabupaten, kecamatan, tipe pertenakan, asal DOC, status
vaksinasi (pernah atau belum, jenis atau produk vaksin, jumlah vaksinasi),
identifikasi atau tindakan pasca vaksinasi, sumber pakan, manajemen umum
seperti lokasi kandang, sistem pemeliharaan, masa istirahat kandang, cara
pencucian kandang, sumber air, biosekuriti seperti sanitasi personal, sanitasi
peralatan, sanitasi lingkungan. Data dianalisis dengan Chi Square (x2)
dan Odds Ratio(OR)(Widiasih,
2006).
Metode penelitian kasus-kontrol sangat sesuai
untuk penelitian penyakit yang sangat jarang terjadi atau penyakit dengan fase
laten yang panjang, misalnya hubungan antara rokok dan karsinoma paru-paru atau
hubungan kontrasepsi oral dan karsinoma payudara, pelaksanaan penelitian
kasus-kontrol relatif lebih cepat dibandingkan dengan penelitian kohort karena
penelitian diawali dengan kelompok penderita tanpa harus menunggu insidensi
seperti pada penelitian kohort, biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan
penelitian kasus-kontrol relatif lebih kecil dibandingkan dengan penelitian
kohort, metode penelitian kasus-kontrol tidak dipengaruhi faktor etis seperti
pada penelitian eksperimen karena pada penelitian kasus-kontrol, intervensi
tidak dilakukan oleh peneliti, data yang ada dapat dimanfaatkan terutama bila
penelitian dilakukan dengan berbasis rumah sakit, dan dapat digunakan sebagai
penelitian pendahuluan terhadap penyakit yang belum diketahui penyebabnya
(Budiarto, 2004).
3) Kekurangan
dan Kelebihan Kasus Kontrol
a) Kekurangan:
-
Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi
kesehatan/penyakit, karena kita mulai dari satu kondisi kesehatan dan kita
kilas balik ke belakang banyak paparan yang mungkin telah terjadi.
-
Tidak bisa menghitung angka insiden atau
ukuran asosiasi absolut lainnya. Kasus dipilih dari populasi sumber yang
memiliki outcome, sedangkan kelompok
kontrol merupakan estimasi distribusi faktor paparan dari populasi sumber,
sehingga hasil perhitungan yang kita dapatkan adalah Odds Rasio (OR). Walaupun asosiasi bisa ditegakkan dengan
perhitungan Odds rasio, tetapi tidak bisa menghitung resiko absolut (abosulute risk) karena angka insiden
tidak diketahui.
-
Bias seleksi. Tidak mudah untuk memilih
responden pada kelompok kontrol, karena responden sebisa mungkin tidak terpapar
dari faktor risiko yang merupakan penyebab dari penyakit pada kelompok kasus,
karena kemungkinan kelompok kontrol bisa menderita sakit yang sama seperti
kelompok kasus, tetapi masih tahap tanpa gejala (asymptomatic group) dengan
faktor risiko tersebut. Sehingga kemungkinan terjadinya bias seleksi sangat
besar. Misal, untuk mengetahui hubungan antara kasus kanker paru-paru dan
merokok. Untuk pemilihan kasus kontrol, peneliti harus semaksimal mungkin untuk
memilih kelompok ini pada pasien penyakit selain kasus kanker, yang tidak terpapar
dengan rokok, misal penyakit mag, pasien katarak yang bukan perokok dan sebagainya.
-
Bias informasi. Seperti kita pahami,
bahwa informasi yang kita akan dapatkan tergantung daya ingat responden. Rekam
medis dapat meminimalisir bias informasi, tetapi tidak semua faktor
risiko/paparan terdokumentasi pada rekam medis. Oleh karena itu, kemungkinan
bias pada informasi tinggi, terutama untuk kelompok kontrol. Kelompok kasus
akan cenderung lebih mengingat faktor risiko yang dia alami daripada kelompok
kontrol. Seperti contoh diatas, ibu dengan anak BBLR, umumnya daya ingat akan
faktor paparan yang dia alami, memorinya akan lebih tinggi daripada ibu yang
melahirkan bayi normal, misalnya status merokok, status gizi, periksa kehamilan
dan sebagainya(Rothman, 2002).
b.
Studi kohort (Follow-up)
1) Pengertian
Kohort
Dalam
studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit
(agent). Kemudian, diambil sekelompok orang lain yang mempunyai ciri-ciri yang
sama dengan kelompok pertama, tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada
penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol.Setelah beberapa
saat yang telah ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari
perbedaannya antara kedua kelompok tersebut bermakna atau tidak (Notoadmodjo, 2005).
Contoh
kasus studi kohort adalah pada penelitian Misti (2012) tentang Resiko Kebiasaan
Minum Kopi pada Kasus Toleransi Glukosa Terganggu terhadap Terjadinya Diabetes
Mellitus Tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ketiga faktor
risiko tersebut berhubungan dengan kejadian penyakit DBD di wilayah kecamatan
Sawahan kota Surabaya. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional,
rancangan kohort, sampel 1.092 rumah dan 4.549 orang responden dari tiga
kelurahan di kecamatan Sawahan. Responden dilakukan wawancara dan pemeriksaan
langsung lalu diikuti selama tiga bulan ke depan (Maret-Juni 2010) untuk
mengetahui apakah ada kejadian penyakit DBD dari paparan yang ada. Analisis
secara deskriptif dilakukan untuk mengetahui distribusi responden dan kejadian
penyakit DBD dilakukan, uji chi-square digunakan untuk mengetahui hubungan
antara paparan dan kejadian penyakit DBD dan untuk mengetahui derajat
hubungannya digunakan ukuran Resiko Relative (RR) (Misti, 2012).
2) Kelebihan
dan Kekurangan Studi Kohort
Menurut Srikanth dan Doddamani (2013), Studi Kohort
memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a) Kelebihan
-
Dapat menjadi penilaian
terbaik dari studi paparan penyakit
langka atau baru.
-
Salah satu desain
terbaik jika paparan perlu diukur secara langsung.
-
Hanya cara untuk
mendapatkan informasi calon untuk penyakit fatal.
-
Menjelaskan riwayat
alami penyakit.
-
Dapat memeriksa
beberapa hasil terkait dengan paparan.
-
Dapat memperkirakan
kedua tingkat penyakit keseluruhan dan spesifik.
-
Tidak ada recall dan
bias seleksi, hasil yang lebih konklusif dari studi kasus-kontrol.
b)
Kekurangan
-
Tidak
praktis untuk penyakit langka atau baru.
-
Tidak
signifikan secara statistik.
-
Sarana dan biaya
biasanya mahal.
-
Memerlukan waktu
yang lama.
2.
Studi Eksperimental
1) Pengertian Studi Eksperimental
Eksperimen
merupakan suatu penelitian yang menjawab
pertanyaan “jika kita
melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang
akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu
keadaan yang di kontrol secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment)
pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen.
Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan (Sugiyono,
2011).
Tujuan
dari penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek dari suatu intervensi
terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya.Desain ini merupakan metode
utama untuk menginvestigasi terapi baru.Misal, efek dari obat X dan obat Y
terhadap kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu program kesehatan
terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Beberapa contoh penelitian dengan
desain eksperimental, seperti mengukur efektivitas penggunaan antibiotik
terhadap perawatan wanita dengan gejala infeksi saluran urin dengan hasil tes
urin negatif / negative urine dipstict
testing dan efektivitas program MEND (Mind,
Exercise, Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas pada anak (Bonita,
2006).
Menurut
Sugiyono (2011) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitupre-experimental design, true experimental
design, dan quasy experimental design.
1. Pre-experimental design
Desain
ini dikatakan sebagai Pre-experimental
design karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh.Masih terdapat
variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.
Bentuk Pre-experimental design dibagi
beberapa macam antara lain:
1) One-Shoot
Case Study
Jenis
one-shot case study dimaksudkan untuk
menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian.
Adapun bagan dari one-shot case study adalah sebagai berikut:
X
|
O
|
Perlakuan
terhadap variabel independen (Treatment of independent variable)
|
Pengamatan
atau pengukuran terhadap variabel dependen (Observation or measurement of
dependent variable)
|
Dengan
X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian
pengukuran atau pengamatan. Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut:
terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi
hasilnya. Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil
belajar siswa (O).
2) The
one group pretest-posttest design
Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pretest-posttest design,
terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui
dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan. Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut.
O1
|
X
|
O2
|
Pretest
|
Treatment
|
Posttest
|
3. The
static-group comparison
Penelitian
jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua, yang satu memperoleh
stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain tidak mendapatkan
stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul dalam desain ini
adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh
karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak.
4.
True
experimental design
Disebut
sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol
semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas
internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan
dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments menurut Suryabrata (2011) adalah
untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara
mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak
diberi perlakuan. True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalamtrue experiments
pasti ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel secara random. Design ini
terbagi atas:
a. Pretest-posttes control
group design
Dalam
desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian diberi pretest
untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara group eksperimen dan group
kontrol.Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group eksperimen tidak
berbeda secara signifikan.
b. Posttest-only
control group design
Dalam
desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).
Grup pertama diberi perlakuan (X) dan grup yang lain tidak. Kelompok yang
diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi
perlakuan disebut kelompok kontrol.
5.
Quasi
experimental design
Quasi experiments
disebut juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan
pengembangan dari true experimental
design yang sulit dilaksanakan. Desain
ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk
mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.Desain
digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang
berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang
sesungguhnya.Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol
(Fatoni, 2013).
Tujuan
penelitian experiment semu adalah untuk menjelaskan hubungan-hubungan,
megklarifikasi penyebab terjadinya suatu peristiwa, atau keduanya.Desain
penelitian quasi eksperimen sering digunakan pada penelitian lapangan (Riyanto,
2011).
2) Kelebihan dan
Kekurangan Studi Eksperimental
a)
Kelebihan
-
Memungkinkan untuk
dilakukan randomisasi dan melakukanpenilaian penelitian dengan double blind.
-
Dengan teknik
randomisasi, peneliti bisa mengalokasikan sampel penelitian kedalam dua atau
lebih kelompok berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan peneliti lalu diikuti ke depan.
-
Bisa meminimalisir
faktor perancu yang dapat menyebabkan bias dalam hasil penelitian.
b)
Kekurangan
-
Berkaitan dengan
masalah etika, waktu dan masalah pengorganisasian penelitian (Najmah, 2015).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Epidemiologi analitik adalah ilmu yang mempelajari determinan
yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit
atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan. Epidemiologi analitik di samping
meliputi pemahaman terhadap dasar-dasar epidemiologi deskriptif juga mempunyai
pembidangan yang lebih khusus. Kekhususannya tersebut menekankan pada aspek
analisis yaitu mengkhususkan diri pada analisis hubungan antara fenomena
kesehatan dengan berbagai variabel lain. Epidemiologi analitik ini ditujukan
untuk menentukan kekuatan, kepentingan dan makna statistik dari hubungan
epidemiologi antara pemapar dan akibat yang ditimbulkan.
Epidemiologi
analitik terdiri dari: (1) Studi observasi (case
control, cohort, cross sectional),
(2) Eksperimen/intervensi (eksperimen kuasi, eksperimen murni). Studi potong lintang (cross sectional) untuk penelitian analitik adalah studi yang
mempelajari hubungan faktor risiko (paparan) dan efek (penyakit/masalah
kesehatan) dengan cara mengamati faktor risiko dan efek secara serentak pada
banyak individu dari suatu populasi pada satu saat. Studi kasus kontrol
merupakan studi penelitian yang dimana peneliti akan melakukan observasi atau
pengukuran terhadap variabel bebas dan tergantung tidak dalam satu waktu.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional karena peneliti tidak memberi
perlakuan kepada subjek penelitian. Dalam studi kohort sekelompok orang
dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit (agent). Kemudian, diambil
sekelompok orang lain yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok
pertama, tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit.
Penelitian eksperimen dapat dikatakan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Tujuan dari penelitian
eksperimental adalah untuk mengukur efek dari suatu intervensi terhadap hasil
tertentu yangdiprediksi sebelumnya.Desain ini merupakan
metode utama untuk menginvestigasi terapi baru.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,Zainal.
2012. “Macam-Macam Penelitian”, skripsi,
Fakultas Kedokteran Universitas HasanuddinMakasssar.
Bonita,
dkk: WHO Press; 2006 [cited. Available from:
Budiarto,
Eko., dan Anggraeni, Dewi. 2002. Pengantar
Epidemiologi. Jakarta : EGC.
Budiarto,
Eko. 2004. Metode Penelitian Kedokteran
Sebuah Pengantar. Jakarta: EGC.
Bustan, M.N. 2006. Pengantar
Epidemiologi. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
Chandra, Budiman. 2009. Ilmu
Kedokteran Pencegahan dan Komunitas.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Fatoni, Fanny. 2013.
Experimental Researce. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Ferasyi, T. R. 2008. Epidemiologi
Dan Ekonomi Veteriner. Banda Aceh : Syiah Kuala University Press.
Hasmi. 2012. Metodologi
Penelitian Epidemiologi. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Lapau, Buchari.2009. Prinsip
dan Metode Epidemiologi. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Balai Penerbit FKUI.
Misti, Rahayu, Dkk. 2012.Studi Kohort
Kejadian Penyakit Dbd Di Wilayah Kecamatan Sawahan Kota Surabaya Tahun 2010.
Yogyakarta: UGM.
Ningtyas, Dwi Wahyu dan Wibowo, Arief. 2015. Pengaruh
Kualitas Vaksin Campak Terhadap Kejadian Campak di Kabupaten Pasuruan. Jurnal Berkala Epidemiologi. 3 (3) :
315-326.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nugrahaeni, D.K. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : EGC.
Rajab,
Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi
untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Riyanto,
Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rothman
KJ. 2002. Epidemiology,
An Introduction. New York: Oxford University Pres.
p.57-93.
Ryadi, A, L, Slamet dan Wijayanti, T. 2011. Dasar-Dasar Epidemiologi. Jakarta :
Salemba Medika.
Srikanth, dan Doddamani, Praveen Kumar. 2013. Overview Of Study Designs. International Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 5 (3) : 1020-1024.
Sugiyono.
2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata,
Sumadi. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: PT RajaGravindo Persada.
Tamza,
dkk. 2013. “Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kelurahan Perumnas Way Halim Kota Bandar
Lampung”. Jurnal Kesehatan Masyarakat.02 (02) : 1-9.
Vaughan, J, P, dan Morrow, R, H, 1993. Panduan Epidemiologi. Bandung : ITB.
Widiasih,
dkk. 2006. “Kajian Kasus-Kontrol Avian Influenza pada Unggas Di Jawa Timur,
Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta”. J Sain Vet.Volume 24: 71-76.